Thursday, December 29, 2011

Di Atas Mary Jane

Seperti biasa, ada teh hangat, lampion oranye, aku, dan kamu di tempat ini. Entah bagaimana kegiatan kecil kita ini sudah bertransformasi menjadi suatu ritual yang sakral. Setiap Kamis senja kamu datang dengan sepeda keranjangmu yang penuh dengan termos dan cangkir kupu-kupu merah jambu yang sejak dulu kamu simpan. Kamu bilang, cangkir ini membuat kamu merasa 'wanita'. Padahal menurutku tidak ada wanita yang lebih wanita dari dirimu di dunia ini. Lalu kamu bunyikan kring-kring sepedamu tiga kali. Tanda bagiku untuk segera bergegas dan menyambutmu. Kemudian dengan sepeda masing-masing kita menuruni jalan dan melaju ringan menuju sebuah bukit kecil tersembunyi tidak jauh dari hutan pinus. Kamu suka bau pinus. Kita menamainya Mary Jane. Entahlah. Itu ide darimu. Sampai saat ini pun aku masih tidak mengerti kenapa kamu menamainya Mary Jane. Mengingatkanku pada tokoh perempuan yang melemahkan Spiderman.

Dan sekarang kita duduk bersisian dengan cangkir teh kupu-kupu merah muda dan gelas rootbeer besarku yang selalu kamu komplain karena membuat cangkirmu tidak romantis. Seperti tuan putri dan penyanyi rock and roll. Dan setiap kali kamu membahasnya aku tertawa. Langit menjadi merah muda, gaun indah yang selalu ingin kamu miliki namun hanya bisa kamu pandangi. Tenang saja. Suatu hari gaun merah muda itu akan sampai padamu. Dengan pita dan mahkotanya juga. Dan kamu sangat meyakini hal ini.

"Haaa... aku sangat suka langit yang seperti ini... merah muda..."

"Kamu mengatakannya ratusan kali," balasku.

"Cantik..."

"Seperti kamu..." aku menegaskannya.

Pipimu bersemu. Hal yang selalu aku suka. "Seperti aku saat?"

"Saat memungut sampah di jalan dan membuangnya ke tempat sampah," jawabku.

Kau mencabut sedikit rumput dan melemparkannya ke arahku sambil merengut. Aku tertawa.

"Jangan menggodaku seperti itu. Aku... sedang sangat 'merasakan'," katamu lagi.

Aku mengernyitkan dahi. "Merasakan?"

Kau menundukkan kepala menyembunyikan senyummu. Aku tergoda.

"Aaa... ada yang kamu sembunyikan... ini pasti tentang seseorang," terka ku yakin.

Wajahmu semakin bersemu dan aku semakin yakin dengan tebakanku. "Jadi... siapa?"

"Kamu tidak kenal," katamu malu-malu.

"Aaa... orang asing, ya? Hahahaha. Kalian kenal di mana?"

Matamu semakin berbinar. "Hmmm... sebenarnya... aku pun tidak kenal dengannya. Aku hanya sering memerhatikannya membeli permen loli setiap pagi. Sebenarnya... aku juga tidak tahu kenapa aku bisa begitu kagum padanya..."

Aku mengernyitkan dahi. "Apa? Kamu tidak kenal?" Aneh.

Kamu menggigit bibirmu. Kebiasaan lama yang manis. "I... Iya... hanya saja... beberapa hari yang lalu aku bermimpi tentangnya. Kami jatuh bersama-sama ke dalam lautan bunga. Lalu kami kembali terpantul ke atas. Tetapi... aku tidak bisa bernapas. Dia membawa semua udara ke paru-parunya. Dan cara satu-satunya agar aku bisa bernapas adalah..."

Aku tersentak. "Stop! Stop! Jangan bilang kamu..."

Kamu pun kaget. "Tentu saja tidak! Mana mungkin aku melakukannya. Lagi pula..." kau membiarkan kata-kata itu mengambang di udara.

Aku menunggumu.

Kamu tersenyum jahil. "Kita kan sudah berjanji. Kamu lupa?"

"Hahahahaha... Iya. Tapi, saat ini kamu sebenarnya sudah memegang kunci gembok dan siap membobol janji kita itu. Pendam dulu semuanya sampai 3 tahun lagi. Haaa... jangan curang, ya. Jangan ingkar janji," kataku dengan senyum jahil yang sama.

Kamu mengambil cangkir teh mu dan menyesapnya. Lalu menatapku. "Kamu sendiri?"

"Aku?" Aku? Hmm... aku memandangi langit yang mulai hitam, lalu berbalik padamu. "Rahasia. Hahahaha..."
Kamu cemberut. "Curang! Aku kan sudah bercerita!"

"Hahahaha..."

Tunggu tiga tahun lagi. Nanti kamu akan lihat ada teh melati kesukaanmu dariku untukmu... di dalam cangkir kupu-kupu merah mudamu yang membuatmu semakin 'wanita'. Lalu gelas rootbeerku akan bersisian dengan cangkir manismu itu... dengan setangkai mawar merah muda di dalamnya. Percayalah, akan menjadi seromantis yang kamu bayangkan selama ini. Dan tentang orang yang kamu ceritakan itu... hm... entahlah. Aku hanya ingin menyampaikannya padamu. Kan itu yang ingin kamu tahu...