kamu datang menggenggam minuman yang kuminta. kuulurkan tangan untuk menjemputnya, tapi kamu justru menarik itu dari jangkauanku.
"maaf. saya belum bisa memberinya sekarang," katamu lirih.
aku tau. aku tau dari caramu bicara, berkedip, dan tatapanmu. kamu pun ragu. aku lepas dahaga ini dengan menelan ludahku sendiri. tidak berarti. "lalu kenapa harus kamu bawa?"
aku mendengar napas yang tertahan. dengan masih menunduk, kamu menjawab, "agar kamu tahu bahwa saya memilikinya. menyimpannya. lalu akan menyajikannya ketika dia sudah matang. kalau kamu meminumnya saat ini, ia hanya bisa menghilangkan dahaga. tapi nanti, ketika ia sudah matang, ia akan memberimu lebih dari apa yang kamu minta."
aku diam.
"kamu hanya perlu bersabar... saya pun akan bersabar menunggunya masak..."
lalu kamu pergi. membawa apa yang selama ini kumau. entah untuk berapa lama. mungkin, hingga aku mulai lelah menunggu.